Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Peran Milenial Dan Gig Ekonomi di Era Industri 4.0

Jumat, 10 September 2021 | September 10, 2021 WIB Last Updated 2021-09-10T07:51:23Z


Nama: Megawati Liberty Putri Lewi

Nim : 191921304

Kelas : Manajemen A 019


Di era digital seperti sekarang ini, teknologi merupakan sesuatu hal yang sangat penting. Pasalnya, dengan adannya kemajuan teknologi yang semakin pesat hal ini dapat meningkakan efektifitas dan efisiensi dalam peningkatkan produktifitas serta daya saing yang tinggi. 


Namun, hal ini secara tidak langsung dapat mempengaruhi praktik manajemen sumber daya manusia dalam organisasi. Dimana, hal tersebut tentunnya akan berkaitan dengan besarnya tuntutan pekerjaan yang memaksa perusahaan untuk memiliki sumber daya manusia (SDM) yang andal dan profesional di bidangnya atau dengan kata lain disebut sebagai on-demand worker atau buruh siap kerja. Peningkatan tersebut terjadi karena adannya faktor efisiensi biaya recruiment serta ide-ide baru yang lebih segar dihadirkan para gig workers. 


Sebelum masuk kepembahasan yang lebih lanjut, berikut dibawah ini merupakan penjelasan secara singkat mengenai gig economy. Gig Economy merupakan suatu kondisi perekonomian yang terjadi karena adannya pergeseran status para pekerja perusahaan yang umumnya merupakan tenaga kerja tetap menjadi karyawan kontrak (short-term contrack), independent workers, maupun karyawan tidak tetap (temporary workers) atau dengan kata lain disebut sebagai on-demand worker atau buruh siap kerja. Yang mana Peningkatan tersebut terjadi karena adannya faktor efisiensi biaya recruiment serta ide-ide baru yang lebih segar dihadirkan para gig workers.


Para perusahaan seperti industri kreatif kelas menengah, startup bahkan kelas besar saat ini cenderung lebih menyukai atau menerapkan gig economy. Pasalnya hal ini dapat menguntungkan suatu perusahaan dari segi financial dimana mereka tidak perlu mengeluarkan biaya untuk asuransi kesehatan, tunjangan hari raya, dan sebagiannya yang seharusnya mereka keluarkan untuk karyawan tetap. Serta biasanya, para pekerja freelancer atau gig workers cenderung lebih inovatif (memiliki ide-ide segar dan baru yang out of the box.) Sedangkan untuk freelancers atau gig workers manfaat yang di dapatkan antara lain seperti Fleksibilitas (waktu, peluang, prioritas, minat), Idealisme kerja yang lebih ‘bermakna’, gaji atau penghasilan yang lebih baik serta dapat meningkatkan kemampuan atau skill sehigga dapat bersaing di era yang semakin kompetitif saat ini.


Namun di samping itu, ternyata, terdapat pula kekurangan dari penetapan gig economy. Untuk perusahaan sendiri antara lain seperti kontrol yang lebih rendah terhadap pekerjaan atau proyek, rentan terhadap intervensi, mungkin mendapatkan pekerja yang kurang terampil dan memerlukan keterampilan manajemen yang tinggi. Sedangkan bagi freelance atau gig workers antara lain seperti tidak mendapatkan tunjangan kerja, pelatihan, kemungkinan besar kelelahan dan stress yang berkepanjangan, Kurangnya keamanan kerja, Persaingan ketat dan Kurangnya jalur karir.


Gen milenial memiliki peran penting dalam kemajuan perekonomian di era industri 4.0 saat ini..Karena gen milenial atau pemuda-pemuda memiliki ide-ide segar dan unik yang tentunya sangat berbeda dengan orang-orang di era 90an yang bisa dikatakan sangat monoton tanpa ada perkembangan.


Selain memiliki pemikiran-pemikiran yang berbeda dengan yang lain, gen milenial memiliki soft skill dan bakat yang baik serta mampu memikirkan bagaimana cara cepat dalam menyelesaikan sebuah persoalan tanpa berpikir panjang dan menghabiskan banyak waktu. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya hasil karya dari gen milenial yang membantu meningkatkan perekonomian di Indonesia di era digital ini, contohnya seperti pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan atau ditawarkan melalui internet seperti jual beli online, ojek online dan lain-lain, selain itu generasi milenial lebih cendenrung meniti karir atau mencari penghasilan lewat jejaring sosial seperti Youtube, Instagram,facebook dan lain-lain.


Dalam gig economy, ada empat pihak yang terlibat, yaitu pertama perusahaan penyedia platform teknologi. Keberadaanya menjadi kekuatan utama dalam perluasan gig economy. Mereka memfasilitasi transaksi langsung antara konsumen dan produsen. Kedua, pekerja gig economy di bidang jasa. Mereka itu antara lain, driver, tukang pijat, tukang bangunan, tukang pengiriman dan berbagai pekerjaan kasar lainnya. Mereka ini juga mempunyai peran yang sangat besar dalam kesuksesan gig economy.Ketiga, yaitu penyedia barang dalam misalnya pengecer makanan siap saji, penyecer pakaian, pengrajin, reseller, seniman, dan lainnya. Penyedia barang biasanya berpendidikan lebih tinggi, mereka tidak bergantung pada pendapatan pekerjaan sebagai penyedia barang. Mereka biasanya mengambil peran ini hanya sebagai pekerjaan tambahan.Keempat, yaitu konsumen. Mereka mempunyai peran yang sangat besar dalam meningkatkan folume gig economy. Tanpa konsumen gig economy tidak akan dapat maju dan berkembang.


Gig Economy atau ekonomi yang bergantung pada pekerja dengan kontrak sementara kini terus bekembang di era industri 4.0, termasuk Indonesia. Tumbuh dan bertambahnya mereka yang sering disebut gig workers ini tak lepas dari perkembangan teknologi maupun zaman. Istilah Gig Economy muncul karena pengaruh industri 4.0 dan ini masih terbilang baru di tanah air dan bagi masyarakat.di sisi para pencari kerja terutama generasi milenial semakin tertarik dengan konsep ini. Karena bisa bekerja di rumah atau lepas dimana saja dan kapan saja


Gig Economy merupakan hal yang wajar jika di tengah perkembangan dan perubahan zaman. Ini dikarenakan revolusi industri maupun era digitalisasi telah nengaburkan keterbatasan jarak dan waktu. Kehadiran internet membuat orang bisa dan dapat bekerja di mana saja dan kapan saja, selagi memiliki keahlian yang dibutuhkan perusahaan.

×
Berita Terbaru Update