Pawai ogoh-ogoh di Desa Tasahea. Foto (Istimewa)
Koltim, Koltimnews.com - Guna melestarikan budaya dan adat masyarakat Hindu, Bupati Koltim Abd Azis SH MH dan istri Hartini Azis AMa, turut serta meramaikan Pawai Ogoh-Ogoh tingkat Kabupaten Koltim.
Kegiatan dalam rangka menyambut Hari Raya Nyepi tahun Baru Saka 1945 ini, dilaksanakan di Desa Tasahea Kecamatan Tirawuta, Sabtu (18/3/2023).
Dimomen ini, Bupati Koltim menyampaikan apresiasi yang besar, dengan adanya kegiatan pawai Ogoh-Ogoh yang sangat meriah ini.
Untuk itu, ia menekankan untuk selalu menjaga kesatuan dan persatuan antara umat. Serta, menjaga dan melestarikan budaya seperti ini.
"Pawai Ogoh-Ogoh ini, merupakan bukti bahwa budaya dan adat masyarakat Hindu masih terjaga dengan sangat baik di Kolaka Timur ini. Mari terus kita lestarikan dan pertahankan," ucapnya.
Sebagaimana diketahui, melansir dari media telisik.id, Ogoh-Ogoh merupakan karya seni patung yang berasal dari Bali. Karya ini menggambarkan Bhuta Kala yang dibuat menjelang Hari Raya Nyepi. Bhuta Kala dalam ajaran Hindu Dharma adalah Bhuta (Bhu) alam semesta dan waktu (Kala) yang tidak bisa diukur dan tidak bisa dibantahkan.
Bhuta Kala diwujudkan dalam bentuk patung sebagai sosok yang besar dan menakutkan, biasanya disebut sebagai raksasa yang menakutkan. Patung yang berbentuk cukup menyeramkan ini disebut sebagai makhluk-makhluk yang hidup di Mayapada, Syurga dan naraka dalam bentuk naga, gajah, Widyadari.
Patung yang sudah dibuat akan diarak pada malam Pengurupukan, yaitu sehari menjelang Tahun Baru Saka atau biasa disebut Hari Raya Nyepi.
Perayaan berlangsung pada sore hari ini, yang diarak dari desa ke pusat kota hingga akhirnya kembali ke desa. Ada patung yang langsung dibakar dengan tujuan agar hal-hal negatif ikut terbakar dan menghilang.
Patung yang penampilannya sangat seram biasanya diarak keliling desa atau kota oleh masyarakat atau desa adat yang didominasi oleh pemuda. Proses pembuatan di setiap desa biasanya memakan waktu 3 bulan sebelum festival Pengerupukan.
Pemangku Adat Desa Dwi Eka Dharma, Mangku Made Mardika mengatakan, kegiatan pawai ogoh-ogoh ini dilakukan untuk terus melestarikan budaya yang ada.
Ia mengungkapkan, ogoh-ogoh juga sebagai simbol dari sifat angkara murka, kesembongan dan perilaku buruk yang ada pada diri manusia yang diwujudkan dalam bentuk ogoh-ogoh.
"Kemudian nantinya ogoh-ogoh ini akan diarak keliling desa dan dibakar dengan maksud agar perilaku buruk atau negatif yang ada pada diri manusia itu terbakar habis bersama ogoh-ogoh," tambahnya.
Di tempat yang sama, Ketua DPK Peradah Koltim, I Gede Andika mengatakan, kegiatan pawai ogoh-ogoh se-kabupaten Kolaka Timur ini adalah yang ke-4 kami laksanakan.
"Kalau tiap tahunnya hanya dirayakan di masing-masing desa adat," ujarnya.
Ia juga mengatakan, kegiatan ogoh-ogoh tahun ini diikuti 10 peserta pawai dari berbagai desa adat yang ada di Koltim.
Sementara itu ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia Kabupaten Kolaka Timur, Made Murdiana berharap agar kegiatan pawai ogoh-ogoh ini dapat terus berlangsung dan dilanjutkan setiap tahunnya.
Ia juga mengatakan dalam menyambut hari raya Nyepi dapat menjalankan Catur Brata Penyepian Sesuai dengan aturan yang ada.
Editor : M. I. A