Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Menakar Kesiapan Indonesia dalam Membangun PLTN

Senin, 21 Agustus 2023 | Agustus 21, 2023 WIB Last Updated 2023-08-22T06:18:26Z

Foto : Istimewa

Oleh : Syahrido Alexander (Peserta Advance Training Badko HMI Sultra)


Ada keinginan kuat yang mendorong saya untuk membahas teknologi yang masih kontroversial ini. Memang, Babel baru-baru ini ingin membangun pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di daerah mereka. Bagi saya, berita ini cukup unik karena fenomena pembangkit listrik tenaga nuklir sudah merambah ke lapangan.


Gubernur Babel Eko Maulana Ali menilai pembangunan PLTN cukup layak dan strategis di provinsi tersebut. Hal itu sebelumnya diamini Wali Kota Pangkalpinang, Zulkarnain Karim, yang mengatakan pemerintah Babilonia telah menyediakan dua lokasi untuk pembangunan PLTN, yakni Pulau Lepar di selatan Bangka dan pulau dari Nanduk. Rencananya akan dibangun PLTN yang akan membantu pembangkit listrik Jawa-Sumatra.


Pada artikel ini saya memberikan gambaran tentang bagaimana mensosialisasikan teknologi nuklir di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya pelajar SMA. Namun, benarkah pembangkit listrik tenaga nuklir menjadi berkah atau sebaliknya? Untuk menjawab pertanyaan ini, ada baiknya melihat pandangan dari berbagai sudut. Lokasi pembangkit listrik tenaga nuklir harus mempertimbangkan faktor internal seperti geografi, aktivitas manusia, bahkan pergerakan lempeng tektonik yang dapat menyebabkan gempa bumi. Untuk urusan seismik, Babel tergolong provinsi bebas gempa.


Selain diuntungkan karena tergolong zona aman gempa, negeri Serpun Sebalai ini juga memiliki peluang yang sangat kecil untuk diterjang tsunami. Granit adalah persyaratan lain karena bagus untuk pembangkit listrik tenaga nuklir. Karena PLTN harus memiliki pondasi yang kokoh.

Pembangunan PLTN di Babel tidak hanya menyelesaikan masalah listrik yang terjadi selama ini. Keberadaan PLTN juga dapat meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD). Memang, Babel bisa menjual kelebihan listrik yang dihasilkan PLTN ke beberapa daerah sekitarnya. PLTN yang sedang dibangun akan memiliki kapasitas 1.000 MW. Listrik yang tersisa bisa dijual ke daerah lain.


Namun, di balik itu semua, pakar nuklir dan pemerhati lingkungan menyimpulkan bahwa Indonesia gagal menciptakan teknologi untuk membangun PLTN. Semua alat seperti reaktor, pipa dan hal-hal yang berhubungan dengan mesin PLTN masih didatangkan dari luar negeri, bukan milik kita. Indonesia tidak mampu menciptakan teknologi untuk membangun pembangkit listrik tenaga nuklir.


Ari Akbar, aktivis Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI), menjelaskan reaktor tersebut baru saja disetujui oleh Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) untuk digunakan pada pembangkit listrik tenaga nuklir yang disetujui Badan Tenaga Nuklir Nasional, yang diimpor dari Korea. Menurut Ari, Korea sendiri belum berproduksi sebagai komoditas tetapi masih berproduksi dalam bentuk desain. “Tidak ada yang bisa menjamin reaktor bernama Small Nucleus aman digunakan,” kata Ari.


Fakta lain menyebutkan, tambang uranium yang menjadi sumber utama PLTN milik Indonesia hanya terletak 1,5 meter di bawah permukaan tanah, seperti di Kalimantan Barat dan Sumatera. Menurut Iwan Kurniawan dari Institut Bisnis Indonesia, jumlah uranium yang kita miliki hanya bisa dikelola selama 25 tahun, selebihnya harus diimpor.


Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembangunan PLTN di kawasan Laskar Pelangi dapat menjadi berkah sekaligus bencana. PLTN bisa menjadi berkah jika bisa berjalan dengan baik karena bisa menjadi pemasok listrik untuk seluruh Jawa-Sumatra. Namun pembangkit listrik tenaga nuklir juga bisa menjadi bencana jika negara kita masih bergantung pada teknologi ini dari luar negeri. Belum lagi resiko kebocoran yang sangat berbahaya. Lantas apakah Indonesia siap merangkul teknologi nuklir? Akankah Laskar Pelangi Nuklir Babel menjadi berkah atau justru bencana? Hanya Tuhan, penguasa takdir, yang tahu.

×
Berita Terbaru Update